XtGem Forum catalog
Welcome! Sign in or Registr
home page tentang kami kegiatan Sejarah sponsor contacts

Legenda Mangir Pembayun

Dikutip dari Radar Jogja edisi Sabtu, 25 Juli 2009

Berikut beritanya :

[Sabtu, 25 Juli 2009]
Legenda Mangir-Pembayun Pantas Dinasionalkan
http://radarjogja.co.id/images/stories/JULI/25/22.-fian-dramatari1.jpgJOGJA – Meski ditampilkan dalam waktu yang singkat (30 menit), dramatari ‘Sepenggal Kisah Cinta’ mampu menarik banyak penonton untuk datang dan menyaksikan penampilan karya Whani Darmawan di Gedung Societet Kamis (23/7) malam lalu.
Pentas drama tari ini dipersiapkan untuk acara Temu Budaya se-Indonesia yang akan diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat, 27 Juli 2009.
Dian Anggraini selaku direktur Taman Budaya Yogyakarta (TBY) mengatakan temu budaya ini sudah berlangsung sejak 1996. Pertemuan itu sangat menarik sehingga orang bisa mengetahui seberapa banyak kekayaan nusantara yang sebenarnya, bagaimana cerita-cerita legenda negeri ini, dan kekayaan yang demikian kuat yang dimiliki Indonesia.
Legenda menjadi tema besar dalam pertemuan budaya ini. “Seni rupa agak sulit menampilkannya, karena tanpa kuratorial yang tajam, agak sulit merepresentasikan karyanya,” ungkap Dian.
Meski banyak kritikan sana-sini dari Eko Susanto (instruktur teater) dan Dr RM Pramutomo (pengamat seni pertunjukan), dramatari legenda Mangir-Pembayun itu tetap memukau dan layak dipertunjukkan dan ditonton orang di negeri ini.
“Saya mempertimbangkan sebuah proposi, jika dilihat dramatari ini terlalu pendek, karena dengan cerita yang begitu panjang disingkat menjadi begitu pendek. Namun, dramatari ini sangat menyegarkan dari ilustrasi musik, dialog, dan kareografi,” ujar Pramutomo dalam diskusi seusai pementasan dramatari ini yang juga diiyakan oleh Eko.
Dramatari ini berkisah tentang seorang Pembayun yang menjadi penari untuk menundukkan hati baja Mangir Wanabaya. Tetapi ketika dua insan itu bertemu muka, runtuhlah bangunan politik dan kekuasaan yang diemban, mereka saling mencintai.
Namun ini adalah strategi yang digunakan Panembahan Senopati untuk menaklukan Mangir Wanabaya. Dilema hati menjadi perangkap Pembayun dan Mangir, sampai pada titik akhir mereka menghadap sang raja Mataram dengan menyerahkan pusaka kebesaran Wanabaya, tombak Kiai Baru Klinthing.
"Jika dikonteks-kan dengan situasi politik negara saat ini, sungguh nyaring maknanya. Ditengah sikap banyak politikus yang hobby-nya meredusir kepentingan pribadi menjadi seolah-olah kepentingan negara, tauladan yang diberikan Mangir terasa indah dan dalam maknanya, " kata penulis dan sutradara dramatari ini, Whani Darmawan.
Drama ini ditulis dan garap Whani Darmawan dengan penata tari Rahmida Dewi Patmawati dan dimainkan oleh Altiyanto, Rini Widiastuti, Supriyanto, Isnu, Mawan, Dwi, Otok, dan Dian Nita serta penata musik Anon Suneko. (cw3)

 

 

 
home     |     tetntang kami     |     kegiatan     |     sejarah    |     sponsor     |     contacts